Jumat, 28 November 2014

RESUME BUKU “PENDIDIKAN NILAI MEMASUKI TAHUN 2000”

Identitas Buku 
 
Judul buku: Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 
Karya: M. Sastrapratedja 
Penyunting: EM. K. Kaswardi 
Kata pengantar: A. Sewaka SJ 
Design Cover: Kunta Rahardjo 
Tebal halaman: 198 halaman 
Penerbit: PT Grasindo 
Jl. Palmerah Selatan 22-28, Jakarta 10270




Perubahan kondisi sosial ekonomi yang dipacu oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, membawa serta perubahan-perubahan dalam cara berfikir, cara menilai, cara menghargai hidup dan kenyataan. Ini semua membawa kekaburan nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang sebenarnya selalu ada dalam proses perkembangan dan perubahan masyarakat, serta dalam pribadi sendiri. Suatu nilai menjadi pegangan seseorang, suatu norma, prinsip hidup seseorang. Nilai yang dipilih secara bebas akan diinternalisasi, dipelihara dan menjadi pegangan hidup seseorang. Memilih secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun, baik tekanan yang jelas maupun yang terselubung dari orang-orang yang dicintainya. Nilai-nilai yang ditanamkan pada masa kecil bukanlah merupakan suatu nilai yang penuh bagi seseorang. Situasi tempat atau lingkungan, hukum dan peraturan dalam masyarakat, bisa memaksakan suatu nilai pada seseorang, yang sebenarnya tidak disukainya pada taraf semuanya itu bukan merupakan nilai orang tersebut.
Dalam GBHN secara jelas ditegaskan bahwa hakekat pembangunan nasional kita adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional itu bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan pancasila. Penegasan ini menunjukan kesadaran pemerintah dan masyarakat bahwa segala usaha pembangunan haruslah mengutamakan manusia. Maka, perumusan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya itu terus menerus perlu digali maknanya. Sebab, pada dirinya sendiri, rumusan itu masih dapat secara kreatif ditafsirkan dan dipahami agar kekayaan isinya semakin kelihatan.
Penjelasan arti pembangunan manusia Indonesia seutuhnya semakin penting, bila yang akan membicarakan itu adalah kita, yang ingin melibatkan diri dalam pendidikan. Sebab, kiranya tidaklah berlebihan kalau kita katakana bahwa pendidikan merupakan bidang yang amat penting dalam keseluruhan usaha pembangunan manusia. Pembangunan manusia hanya bisa berhasil baik apabila pendidikan juga berhasil baik.
Jika berbicara mengenai pendidikan dan pembangunan manusia, mau tidak mau harus berbicara juga tentang nilai-nilai kemanusiaan. Membangun terutama berarti memperbaiki atau menyempurnakan. Maka, pembangunan manusia terutama berarti memperbaiki atau menyempurnakan manusia. Dalam praktek, hal itu mengandaikan bahwa pendidik dan anak didik bekerjasama untuk menumbuhkan serta mengembangkan kemampuan anak didik itu dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas mengembankan dan menumbuhkan kemampuan-kemampuan rohani manusia, menumbuhkan daya penilaian yang benar, meneruskan warisan budaya manusia dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai. Disamping tugas pokoknya mempersiapkan anak didik (atau istilah sekarang peserta didik), untuk penghidupan atau mata pencaharian kelak.
Keprihatinan dari Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) adalah: bagaimana kita dapat menyiapkan atau mendidik pribadi-pribadi yang tanggap dan siap untuk menghadapi masa mendatang. MNPK menyadadari bahwa perlu ditumbuhkan terus-menerus pada peserta didik, kesadaran nilai-nilai yang mandiri dalam situasi yang terus-menerus berubah dengan cepat. Kemandirian ini terutama dalam kesadaran penghayatan dan pengamalan nilai-nilai tersebut.
Pelbagai nilai-nilai yang dalam situasi dewasa ini dirasakan sangat perlu ditekankan menurut MNPK, antara lain iman dan kasih, keadilan dan kepekaan pada golongan lemah dan kurang mampu, tanggung jawab pada kepentingan umum, hormat kepada sesame kejujuran dan kelugasan (berani berkata yang benar), solidaritas dan keterlibatan sosial, karena kesatuan kekeluargaan, kreativitas, rasionalistis, ketekunan dan ketertiban.
Nilai-nilai diatas dianggap penting ditumbuhkan, oleh karena situasi baru yang telah digambarkan dalam masyarakat kita, disamping mempunyai pengaruh-pengaruh positif seperti kemakmuran dan kemudahan-kemudahan yang semakin bertambah, juga ada pengaruh lain seperti materialism, individualism, sekuralisme dan lain-lain.
Nilai mengandaikan arti yang tepat dan konkrit dari konteks sosial tertentu. Sejauh arti tersebut berkaitan dengan keadaan konkrit yang dialami orang, tentu saja ia langsung nampak. Tetapi kerap kali keadaan sendiri “tidak jelas”. Dengan kata lain, orang tidak selau sadar bahwa pada keadaan tertentu berlaku nilai-nilai tertentu pula. Karena itu pendidikan nilai juga berarti menolong menemukan nilai yang sedang berlaku pada keadaan tertentu, atau menunjukan hubungan antara nilai dengan keadaan konkrit.
Dilain pihak, penilaian terhadap keadaan yang tidak biasa umumnya dilakukan dalam konteks yang lebih luas, yang menyangkut perangkat nilai-nilai yang lebih banyak. Akibatnya, kita harus menempatkan kembali keadaan semacam itu dalam konteksnya, sebelum kita dapat menilainya satu persatu secara tepat. Dalam arti ini, pendidikan nilai memerlukan pemahaman secara luas mengenai konteks sosial dunia kita. Dalam pendidikan nilai yang baik, kita harus mampu menata visi keadaan yang bermacam-macam , dimana orang menghayati nilai, dalam suatu visi yang menyeluruh mengenai kenyataan, dimana berbagai keadaan tersebut mempunyai tempat masing-masing.
Dari semua itu dapat disimpulkan bahwa sekolah membutuhkan “pengarah”, yang dapat membantu membentuk visi yang menyeluruh mengenai hidup, menata secara tepat nilai-nilai yang tercangkup dalam situasi yang pada saat tertentu paling bermakna bagi pendidikan nilai.
Perlu ditambahkan bahwa pemilihan nilai yang akan “ditonjolkan” dalam pendidikan sangat mungkin tergantung dari kerja sama antara lembaga dan orang-orang yang mampu menafsirkan dan menilai konteks sosial saat itu.
System pendidikan berlakunya kira-kira seperti manusia. Apabila membutuhkan acuan pada pandangan yang lebih luas, menyeluruh, yang memungkinkan system itu berjalan, maka system itu akan mencari dukungan dan tuntunan dari system lain, sama seperti manusia. Usaha pencarian seperti itu secara sungguh-sungguh dan terbuka sangat penting, begitu pula menyadari ketergantungan kepada pengarah lain, dengan tetap bersikap kritis terhadap mereka. Hal itu memungkinkan kita, antara lain untuk membedakan otoritas yang mendukung kebutuhan dan tuntunan sekolah yang tidak mendukung.
Kedudukan guru adalah kedudukan profesi. Dan tentu saja setiap guru diharapkan menjadi guru yang professional. Keprofesionalan bukan hanya dibuktikan oleh pemilikan SIM (Surat Izin Mengajar) dalam bentuk ijazah dari lembaga seperti SPG/IKIP/FKIP saja. Ada sejumlah tuntunan yang harus terpenuhi oleh seorang guru professional itu, yaitu sejumlah kompetensi yang bisa diringkaskan menjadi kompetensi pribadi, kompetensi professional, dan kompetensi kemasyarakatan.
Dari segi professional itu guru misalnya dituntut untuk mempunyai apa yang sekarang disebut wawasan kependidikan guru (WKG). Didalam WKG tercakup pemahaman tentang hakikat manusia dan masyarakat, hakikat siswa sebagai subyek didik, hakikat guru sebagai pendidik, hakikat belajar mengajar.
Dalam tugas pokoknya yang mengajar itulah seorang guru menyusun program pengajarannya. Dia harus mampu secara cermat merumuskan tujuan, sasaran, atau hasil yang hendak dicapai melalui proses pengajaran. Sasaran atau hasil dari proses pengajaran inilah yang dalam dunia pengajran disebut dengan hasil pengajaran atau instructional effects. Hasil atau efek pengajaran ini relative mudah dilihat dan dievaluasikan serta dikontrol. Karena didalam program ini tergantung komponen-komponen tujuan, bahan, metode, alat, dan kegiatan serta evaluasi (tes), maka manakala efek atau hasil pengajaran tidak tercapai, guru segera bisa menelusuri komponen mana yang kurang pas, komponen mana yang perlu disempurnakan, dan seterusnya, bahkan semua itu bisa merupakan umpan balik (feedback) bagi guru itu sendiri.
                 

Rabu, 11 Desember 2013

Supervisi



   A.    Pengertian
Secara morfologis Supervisi berasalah dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan orang yang berposisi diatas, pimpinan terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Pengertian menurut para ahli:
Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Boardman et. Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern.
Wilem Mantja (2007) mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan  supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan
Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum.
Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

Dari uraian definisi supervisi diatas, maka dapat dipahami para pakar menguraikan defenisi supervisi dari  tinjauan yg berbeda-beda.God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar, Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat modern. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Ross L memandang supervise sebagai pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan. Sedangkan Purwanto (1987) memandang sebagai pembinaan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

B.     Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya pada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan tetapi semua orang seperti guru-guru, para pegawai, dan kepala sekolah lainnya adalah teman sekerja yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar mengajar yang baik.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
1.      Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
2.      Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3.      Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern.
4.      Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.  
5.      Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
6.      Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
7.      Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
8.      Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
9.      Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat.
10.  Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

C.    Sasaran Supervisi Pendidikan
Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi yang sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: supervisi akademik, supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar. Dan yang kedua adalah supervisi administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi lembaga dan akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda

D.    Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu kepemimpinan, kepengawasan dan pelaksana. Fungsi kepemimpinan melekat pada seorang supervisor karena dia adalah pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan yang dalam istilah bakunya adalah pejabat fungsional, sama halnya dengan guru dan kepala sekolah.
Rincian dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a.       Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.
b.      Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil sekolah.
c.       Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan sekolah.
d.      Menampung, melayani dan mengakomodir segala macam keluhan aparat kependidikan disekolah tersebut dan berusaha membantu pemecahannya.
e.       Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraan kerja dengan semua unsur terkait.
f.       Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah.
g.      Membimbing dan mengarahkan seluruh personil sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah diketahui dengan jelas tugas yang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana atau tidak.
b.      Memantau perkembangan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung jawab dan kewarganegaraannya termasuk belajar siswa pada sekolah yang bersangkutan.
c.       Mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah secara keseluruhan yang didalamnya terdapat admnistrasi personil, materil, kurikulum dsb.
d.      Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut:
a.       Melaksanakan tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.      Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
c.       Melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan ditindaklanjuti

   E.     Ruang Lingkup Dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya unsur-unsur yang dimaksud adalah personal, material dan operasional, oleh sebab itu ruang supervisi pendidikan pun mencakup ketiga unsur tersebut yang bila dijabarkan sebagai berikut:
1.      Unsur Personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam sekolah yang disupervisi, para personal yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, pegawai tata usaha, guru, siswa.
a.       Kepala Sekolah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:
o   Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran
o   Masalah program pendidikan dan pengajaran disekolah
o   Masalah kepemimpinan kepala sekolah
o   Masalah administrasi sekolah
o   Masalah kerja sama sekolah lain dan instansi terkait lainnya
o   Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler
o   Masalah BP3 dan POMG dan lain -lain
b.      Pegawai Tata Usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap tata usaha sekolah dan seluruh stafnya antara lain:
o   Masalah administrasi sekolah
o   Masalah data dan statistik sekolah
o   Masalah pembukuan
o   Masalah surat menyurat dan kearsipan
o   Masalah rumah tangga sekolah
o   Masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa
o   Masalah laporan sekolah dan lain –lain
c.       Guru
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru antara lain:
o   Masalah wawasan dan kemampuan
o   Masalah kehadiran dan aktivitas guru
o   Masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau perencanaan pengajaran
o   Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler
o   Masalah kerjasama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah
o   Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga dan masyarakat
o   Masalah kemampuan belajar siswa
d.      Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain:
o   Motivasi belajar siswa
o   Tingkat kesulitan yang dialami siswa
o   Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler
o   Pengembangan organisasi siswa
o   Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa
o   Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah
o   Kesempatan memperoleh pelayanan secara prima dari sekolah

2.      Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya :
a.       Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, labolaturium, ruang praktek ibadah, aula dan lain-lain
b.      Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut
c.       Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang
d.      Pemanfaatan dan perawatan alat-alat kesenian dan sebagainya

3.      Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi dari unsur operasional antara lain:
a.       Masalah yang berkaitan dengan teknik edukatif, yang mencakup:
o   Kurikulum
o   Proses belajar mengajar
o   Evaluasi/penilaian
o   Kegiatan ekstra kurikuler
b.      Masalah yang berkaitan dengan teknik administrasi, mencakup:
o   Administrasi personal
o   Administrasi material
o   Administrasi kurikulum dan sebagainya
c.       Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerjasama, mencakup:
o   Sekolah dengan keluarga dan masyarakat
o   Sekolah dengan sekolah-sekolah lainnya
o   Sekolah dengan lembaga swadaya masyarakat
o   Sekolah dengan organisasi kepemudaan
o   Sekolah dengan instansi pemerintah terkait

Teknik-teknik Supervisi Pendidikan. Tugas pengawas satuan pendidikan ketika melaksanakan tugas pengawasannya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik agar kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil pembinaannya mencapai tujuan pembinaan.
Ada beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok.
a.       Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor atau pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.
b.       Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi. Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah: Kepanitiaan-kepanitiaan, Kerja kelompok, Laboratorium kurikulum, Baca terpimpin, Demonstrasi pembelajaran, Darmawisata, Diskusi panel, Organisasi professional, Pertemuan guru, Lokakarya atau konferensi kelompok. 


Daftar Pustaka:
Purwanto, Ngalim. (2003). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sergiovanni,
http://mohamad-haris.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-supervisi-pendidikan.html